Aku mencintai Ayahku
Semasa kuliah, waktu itu berusia
20 tahun, kuliah di unversitas ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik,
sedikit oriental tubuh tinggi semampai, dan kemampuan akademisku yang cukup
baik, pantaslah aku dimanja oleh kedua orang tuaku. Pacar Aku sejak SMA, Bambang,
tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dengan Aku. “Mau kemana
lagi, Fen?” tanya Bambang sambil melirik ke Aku.
“Pulang, ah.. Aku capek sehabis
ujian tadi,” jawab Aku sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.
Bambang sekilas melirik pada paha
Aku yang putih mulus. Rok mini yang dipakai Aku naik tersingkap dengan posisi
duduk Aku tersebut.
“Fen, kita ke motel dulu, ya..?”
ajak Bambang.
“Yee, kamu horny ya?” kata Aku
melirik Bambang sambil tersenyum.
“Habisnya aku tidak tahan melihat
kamu…” kata Bambang sambil tersenyum pula.
“Ya sudah, mau dimana?” tanya Aku
sambil tangannya mengelus paha Bambang yang sedang mengemudi.
Bambang tak menjawab. Hanya
senyuman saja yang tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju
sebuah motel..
“Buka dong semua pakaian kamu,”
kata Bambang sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya.
“Ih dasar otak horny!” kata Aku
tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya.
“Aku cinta kamu..” kata Bambang
sambil memeluk tubuh telanjang Aku dari belakang.
Satu tangan meremas buah dada Aku,
sementara satu tangan mengelus dan mengusap memeknya.
“Mmhh…” desah Aku sambil
terpejam. Tangan Aku menggenggam kontol Bambang yang sudah tegak dan sesekali
mengenai belahan pantatnya.
“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Bambang
ketika Aku mengocok kontolnya.
Aku tersenyum dan langsung
membalikkan badannya menghadap Bambang lalu mengecup bibirnya. Bambang membalas
kecupan bibir Aku dengan hangat.
“Hisap, dong…” bisik Bambang di
telingan Aku.
Aku tersenyum sambil merendahkan
badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kontol Bambang yang
sudah berdiri tegak. Lidah Aku mulai menjilati kepala kontol Bambang sementara
tangannya tetap mengocok batangnya.
“Ohh.. Enak sayang…” bisik Bambang
sambil memompa kontolnya pelan ketika Aku mulai mengulum batang kontolnya.
Jilatan, hisapan serta kocokan
tangan Aku pada kontolnya membuat Bambang mengejang menahan nikmat.
“Gantian dong…” kata Aku sambil
bangkit setelah beberapa waktu.
Aku bersandar ke dinding sambil
berdiri. Bambang jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Aku. Aku memejamkan
matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah Bambang mulai menelusuri belahan
memeknya.
“Oww.. Enak banget, sayang,” kata
Aku sambil memegang kepala Bambang dan mendesakan ke memeknya.
Pinggulnya bergerak naik turun
ketika lidah Bambang bermain di lubang memek dan kelentitnya bergantian.
“Ohh.. Sshh…” desis Aku merasakan
kenikmatan yang tak terhingga.
Aku terpejam dan mendongak sambil
mendesakkan kepala Bambang lebih keras ke memeknya ketika ada sesuatu yang
sangat nikmat tiada tara yang mau keluar..
“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Aku menjerit
pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya.
Terasa ada yang menyembur hangat
enak di dalam memeku
“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata
Aku sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Bambang yang masih basah oleh cairan
memeku.
Bambang sepertinya sudah tidak
tahan lagi. Setelah membalas ciuman Aku sesaat, segera ditariknya tubuh Aku ke
atas ranjang. Aku telentang sambil membuka kakinya lebar. Dengan tak sabar Bambang
segera menaiki tubuhnya lalu mengarahkan kontolnya ke memek Aku. Tangan Aku
segera menggenggam dan membimbing kontol Bambang ke lubang memeknya. Dengan
sekali desakan, kontol Bambang sudah masuk ke memek Aku. Kontol Bambang keluar
masuk memek Aku disertai bunyi khas..
“Mmhh…” Aku mendesah sambil
terpejam sementara pinggulnya bergoyang mengimbangi gerakan Bambang.
“Enak sekali, sayangghh…” desah Bambang.
Setelah beberapa waktu dan
beberapa posisi bersetubuh kami lakukan, Bambang hampir mencapai puncak
kenikmatannya. Kontol Bambang semakin cepat keluar masuk memek Aku. Ketika
puncaknya, Bambang segera mencabut kontolnya lalu turun dan berdiri di pinggir
ranjang. Aku yang sudah terbiasa, langsung mengerti. Kontol Bambang yang masih
basah oleh cairan memeknya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok
pelan. Bambang terpejam sambil memegang kepala Aku dan mendesakkan kontolnya
agak dalam ke mulut Aku. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Bambang tumpah
di dalam mulut Aku yang terus menghisap kontolnya.
“Wohh.. Enak sekali, sayang,”
ujar Bambang dengan nafas berat.
Aku tersenyum sambil menjilati
batang dan kepala kontol Bambang dari sisa air maninya yang masih menempel.
Lalu kami berciuman..
“Cepat pulang ah…” kata Aku
setelah kami selesai berpakaian dan merapikan diri.
“Ya sayang…” kata Bambang sambil
menggandeng Aku keluar kamar.
Sesampai di rumah, Bambang segera
pulang setelah berpamitan kepada Papa dan mama ku
“Lama amat sih, Fen?” tanya
mamanya.
“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang
dulu ke tempat makan,” kata Aku ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti
pakaian.
Malam harinya, ketika kami sedang
nonton TV, Papa dan Mama Aku segera bangkit dari tempat duduk karena sudah
waktunya jam tidur.
“Kamu jangan terlalu malam
begadang, nanti sakit kepala,” kata mamanya kepada Aku.
“Iya, Mam.. Tanggung nih film
sedang seru-serunya,” kata Aku sambil matanya terus melihat TV.
Lalu kami segera masuk kamar.
Setelah beberapa menit, telinga Aku menangkap suara ranjang berderit
berulang-ulang. Sebetulnya Aku sudah mengerti apa yang sedang terjadi di kamar
orang tuaku. Aku bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya
membuat Aku ingin mengintip kami. Segera Aku bangkit lalu mengendap mengintip
dari lubang kunci. Walaupun tidak terlalu jelas tapi Aku dapat melihat Papa
Mamanya sedang bersetubuh.
Darah Aku berdesir karenanya.
Ketika mata Aku melihat buah zakar dan kontol papaku yang keluar masuk memek
Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kontol
papaku ketika kami telah selesai bersetubuh, papaku bangkit dan mengelap
kontolnya yang basah. Tampak jelas di mata Aku betapa kontol papaku lebih besar
dari kontol Bambang. Aku segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas
masuk kamarnya. Di atas ranjang, Aku tidak bisa memejamkan matanya. Terbayang
terus persetubuhan Papa Mamanya tadi, terlebih ketika terbayang kontol Papaku
yang besar.. Perasaan Aku jadi gelisah.
Sejak saat itu Aku secara sadar atau tidak
selalu memperhatikan gerak gerik Papaku. Apalagi bila Papaku hanya memakai
kolor saja. Mata Aku selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Papaku.
Papa Aku waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.
Suatu malam..
“Pijitin pundak Papa, Fen.. Pegal
amat,” kata Papa Aku waktu kami nonton TV.
“Kalau begitu Papa duduk di bawah
biar Aku gampang mijitnya,” kata Aku.
Papaku segera turun dari kursi
lalu duduk di lantai. Aku segera memijit pundak Papaku sambil nonton TV.
“Mama ngantuk ah.. Mau tidur
duluan, Pa…” kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya.
“Aku sayang Papa,” bisik Aku
sambil merangkulkan tangannya ke leher Papaku.
“Nah, biasanya suka ada maunya
kalau kamu sudah begini,” kata Papaku sambil tersenyum dan menoleh ke Aku.
“Mm.. Aku tidak minta apa-apa
kok, Pa…” bisik Aku lagi manja.
“Aku hanya mau bilang kalau Aku
sayang Papa,” kata Aku sambil mencium pipi Papaku.
Papaku diam sambil tersenyum
sambil tanganya memegang tangan Aku yang sedang memeluk dirinya dari belakang.
“Tumben kamu manja begini,” kata Papaku
sambil menoleh dan menatap Aku lama.
Aku tersenyum lalu mencium pipi Papaku
lagi berkali-kali. Darah Aku mulai berdesir.
“Ada apa sih, Fen?” kata Papaku
lagi sambil tersenyum.
Ucapan Papaku tidak bisa terus
ketika bibir mungil Aku mengecup bibirnya.
“Aku sangat sayang Papa,” bisik Aku
lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Papaku.
Papa Aku pada awalnya kaget atas
tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Aku bisa
menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Aku dengan hangat pula.
“Mm…” suara Aku terdengar pelan.
Papa Aku bangkit lalu duduk
berhadapan dengan Aku. Kembali dilumat bibir Aku dengan agak panas. Akupun
membalasnya dengan agak panas pula. Tangan Aku bergerak ke arah selangkangan Papaku.
Sambil tetap berciuman aku remas pelan kontol Papaku. Terasa kontol Papaku
mulai bergerak tegak dan tegang..
“Aku sayang Papa,” kembali Aku
berbisik.
“Papa juga sama…” kata Papaku
dengan nafas memburu.
“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama
tahu,” kata Aku sambil bangkit dan menarik tangan Papaku ke kamar belakang.
Papaku menurut mengikuti Aku. Aku
langsung memeluk dan melumat bibir Papaku dengan liar, Papakupun membalasnya
semakin panas. Tangan Aku mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Papaku,
lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan.
“Mmhh…” suara Papaku tertahan
karena masih berciuman.
Aku kemudian melepaskan
pelukannya lalu merendahkan tubuhnya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Papaku
sampai lutut hingga kontol besarnya yang tegak tampak di depan wajahnya. Aku mengocok
pelan kontol Papaku lalu segera mengulumnya. Papaku terpejam sambil memegang
kepala Aku.
“Ohh…” desah Papaku.
Dimaju mundurkan kontolnya di
dalam mulut Aku. Setelah beberapa lama, tubuh Papaku bergetar lalu… Crott!
Crott! Crott! Air mani Papaku muncrat di dalam mulut Aku. Aku dengan tenang
menelannya habis. Aku lalu berdiri sambil tersenyum.
“Aku pengen, Pa..” pinta Aku
berbisik.
“Tidak bisa sekarang sayang,”
kata Papaku sambil membetulkan celananya.
“Kapan, Pa?” kata Aku sambil
memeluk dan mengecup bibir Papaku.
“Kamu pulang kuliah jam berapa?”
tanya Papaku.
“Jam 11, Pa…”
“Kalau begitu Papa jemput kamu di
kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat…” kata Papaku sambil
tersenyum.
“Iya, Pa…” kata Aku sambil
tersenyum pula.
“Kasih tahu pacar kamu untuk
tidak jemput, ya?” kata Papaku. Aku mengangguk.
“Sekarang tidurlah,” kata Papaku
sambil mencium bibir Aku mesra.
Besok harinya sesuai dengan
rencana, Aku dijemput di kampus.
“Mau makan siang dimana?” tanya Papaku.
“Tidak usah makan siang, Pa…”
kata Aku manja.
“Langsung saja…” kata Aku
tersenyum.
Papa Akupun tersenyum. Mobil
langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, kami langsung berciuman. Aku
menatap mata Papaku lalu melepas kancing kemeja Papaku satu demi satu.
“Biar Papa buka sendiri biar
cepat. Waktu kita sedikit sayang. Papa harus segera ke kantor lagi,” kata Papaku
sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.
Aku juga sama. Tubuh Aku
telentang di atas ranjang. Papaku segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya
mulai mengelus dan meremas buah dada Aku. Aku terpejam menikmati belaian Papaku
itu. Sementara tangannya dengan segera meraih kontol Papaku yang sudah tegang
besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Papaku mulai turun ke memek Aku.
Diusap dan di gosoknya memek Aku dengan mesra. Lalu salah satu jarinya mulai
memainkan kelentit dan lubang memeknya bergantian. Aku terpejam sambil
menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kontol Papaku.
“Cepat masukkan, Pa…” pinta Aku.
Papaku tersenyum lalu bangkit dan
segera menaiki tubuh anaknya. Disentuhkan kontolnya ke memek ke belahan memek Aku.
Aku menatap mata Papaku sambil tangannya segera meraih kontol dan mengarahkan
ke lubang memeku. Dengan sedikit desakan, kontol Papaku perlahan masuk ke memek
Aku. Aku terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yang sangat disayanginya.
Tak terasa air matanya mengalir di pipi.
“Ada apa sayang?” tanya Papaku
sambil terus memompa kontolnya.
“Aku sangat bahagia bisa bersama
Papa saat ini,” kata Aku sambil memeluk erat Papaku.
“Aku sangat sayang Papa,” bisik Aku.
“Papa juga sangat sayang kamu,”
kata Papaku.
Aku tersenyum sambil
menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Papaku. Kenikamatan dan
sensasi yang sangat luar biasa dirasakan oleh Aku saat itu. Siang itu Aku dan Papaku
dengan liar bersetubuh bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan.
Sampai akhirnya terasa kontol Papaku berdenyut tanda akan mencapai orgasme.
Dicabutnya kontol dari memek Aku lalu digesek-gesekan ke belahan memeknya. Tapi
Aku dengan segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kontol Papaku
sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Papaku menyembur banyak di dalam mulut
Aku. Aku menelannya dengan tenang lalu tersenyum. Papaku lalu mencium bibir Aku.
“Kamu hebat sayang…” bisik Papaku.
“Lebih hebat dari Mama kamu,”
kata Papaku lagi.
“Aku sayang Papa…” bisik Aku
sambil tersenyum.
TAMAT