Saturday 1 December 2012

Kakak Iparku


Kakak Iparku itu..
(by: feye)

Tak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kakak Yanti (samaran) kakak kandungku sendiri. Aku hanya tak kuasa melawan godaan seks dari Mas Andik (samaran), suaminya, sehingga kami terlibat hubungan seksual yang begitu jauh. Kakak Ipar ku itu telah merenggut kegadisanku. Dan aku menjadi terbuai dan tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu.

Cerita seks ku ini dimulai ketika aku tinggal di rumah kak Yanti setelah pembantunya memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah itu. Sejak saat itu, kak Yanti kelihatan kewalahan mengurusi rumahnya, manalagi harus mengurusi suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil. Karena itu, aku menawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Hitung - hitung aku bisa meringankan bebannya.


Tawaranku disambut baik kak Yanti, di malah sangat bersyukur aku mau tinggal bersamanya, mengurus anak-anak, dan membereskan rumah.

Aku sendiri sudah setahun lebih menganggur. Setelah lulus sarjana tahun 2003 yang lalu, aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku memang tidak pernah berusaha mencari kerja, karena aku pikir aku anak perempuan dan akhirnya akan mengurusi rumah tangga dan suami kelak. Di rumah kak Yanti aku juga bisa menghibur diri. Semua fasilitas lengkap. Kala kak Yanti dan suaminya berangkat kerja, aku pun bisa memanfaatkan semua yang ada di rumah. Mulai dari makanan yang serba tersedia, nonton film sampai main playstation.

Aku hanya mengurus dua anak kak Yanti, itu pun tidak perlu terlalu repot, karena mereka sudah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, hanya menyiapkan makan minum untuk kak Yanti dan suaminya. Setelah itu aku bisa bebas kembali. Itu sebabnya aku betah tinggal di rumah.

Setiap habis gajian, suami kak Yanti Andik selalu memberiku uang jajan yang lumayan banyak untuk membeli kosmetik dan pakaian. Malah, mereka ingin agar tinggal di rumah itu saja selamanya. Meskipun katanya aku sudah menikah nanti, aku masih bisa tetap tinggal di rumah itu. Rumah kak Yanti memang cukup luas untuk menampung dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruang tamu dan ruang keluarga yang sangat lapang.

Bulan ketujuh aku tinggal di rumah itu, suami kak Yanti sakit. Ia mengalami patah tulang setelah mengalami kecelakaan di perbatasan kota. Andik harus istirahat selama dua bulan. Karena kak Yanti sibuk kerja, aku yang harus menggantikannya mengurusi mas Andik. Mulai dari kebutuhan makan, minum sampai ini dan itu semua aku lakukan. Maklumlah kak Yanti wanita karier yang sangat sibuk. Ia baru bisa pulang pada malam hari.

Dari sinilah bencana berawal. Diam-diam, mas Andik sering memperhatikanku. Aku sangat sadari itu, tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya. Lama - lama mas Andik tambah berani ia mulai memegangi tanganku dan mencoba merayuku untuk berhubungan seks, aku hanya diam dan berusaha menghindar dari bujuk rayunya, karena itu kuanggap hanya sebatas gurauan belaka.

Suatu siang ketika aku tidur lelap di dalam kamar, tiba-tiba ada beban berat yang menindih tubuhku. Aku sempat terperanjat kaget dan berusaha berontak, namun kekuatan itu kian dahsyat menindihku. Tak kuasa aku melawan semuanya, dan akhirnya, mas Andik....

Sejak itulah petualangan kisah seks kami bermula. Tak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku malah, aku jadi lupa kalau Andik adalah kakak iparku. Kami melakoni petualangan porno itu tanpa batas. Aku dan Andik betul - betul merengkuh kenikmatan seksual, tanpa pernah tercium oleh kak Yanti. Sampai detik ini pun kami masih menjalaninya. Kapan mengakhirinya, aku juga tak tahu.

Aku mencintai Ayahku


Aku mencintai Ayahku

Semasa kuliah, waktu itu berusia 20 tahun, kuliah di unversitas ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik, sedikit oriental tubuh tinggi semampai, dan kemampuan akademisku yang cukup baik, pantaslah aku dimanja oleh kedua orang tuaku. Pacar Aku sejak SMA, Bambang, tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dengan Aku. “Mau kemana lagi, Fen?” tanya Bambang sambil melirik ke Aku.

“Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi,” jawab Aku sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.
Bambang sekilas melirik pada paha Aku yang putih mulus. Rok mini yang dipakai Aku naik tersingkap dengan posisi duduk Aku tersebut.
“Fen, kita ke motel dulu, ya..?” ajak Bambang.
“Yee, kamu horny ya?” kata Aku melirik Bambang sambil tersenyum.
“Habisnya aku tidak tahan melihat kamu…” kata Bambang sambil tersenyum pula.
“Ya sudah, mau dimana?” tanya Aku sambil tangannya mengelus paha Bambang yang sedang mengemudi.
Bambang tak menjawab. Hanya senyuman saja yang tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel..
“Buka dong semua pakaian kamu,” kata Bambang sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya.
“Ih dasar otak horny!” kata Aku tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya.
“Aku cinta kamu..” kata Bambang sambil memeluk tubuh telanjang Aku dari belakang.
Satu tangan meremas buah dada Aku, sementara satu tangan mengelus dan mengusap memeknya.
“Mmhh…” desah Aku sambil terpejam. Tangan Aku menggenggam kontol Bambang yang sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya.
“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Bambang ketika Aku mengocok kontolnya.
Aku tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap Bambang lalu mengecup bibirnya. Bambang membalas kecupan bibir Aku dengan hangat.
“Hisap, dong…” bisik Bambang di telingan Aku.
Aku tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kontol Bambang yang sudah berdiri tegak. Lidah Aku mulai menjilati kepala kontol Bambang sementara tangannya tetap mengocok batangnya.
“Ohh.. Enak sayang…” bisik Bambang sambil memompa kontolnya pelan ketika Aku mulai mengulum batang kontolnya.

Jilatan, hisapan serta kocokan tangan Aku pada kontolnya membuat Bambang mengejang menahan nikmat.
“Gantian dong…” kata Aku sambil bangkit setelah beberapa waktu.
Aku bersandar ke dinding sambil berdiri. Bambang jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Aku. Aku memejamkan matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah Bambang mulai menelusuri belahan memeknya.
“Oww.. Enak banget, sayang,” kata Aku sambil memegang kepala Bambang dan mendesakan ke memeknya.
Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Bambang bermain di lubang memek dan kelentitnya bergantian.
“Ohh.. Sshh…” desis Aku merasakan kenikmatan yang tak terhingga.



Aku terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala Bambang lebih keras ke memeknya ketika ada sesuatu yang sangat nikmat tiada tara yang mau keluar..
“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Aku menjerit pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya.
Terasa ada yang menyembur hangat enak di dalam memeku
“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata Aku sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Bambang yang masih basah oleh cairan memeku.

Bambang sepertinya sudah tidak tahan lagi. Setelah membalas ciuman Aku sesaat, segera ditariknya tubuh Aku ke atas ranjang. Aku telentang sambil membuka kakinya lebar. Dengan tak sabar Bambang segera menaiki tubuhnya lalu mengarahkan kontolnya ke memek Aku. Tangan Aku segera menggenggam dan membimbing kontol Bambang ke lubang memeknya. Dengan sekali desakan, kontol Bambang sudah masuk ke memek Aku. Kontol Bambang keluar masuk memek Aku disertai bunyi khas..
“Mmhh…” Aku mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya bergoyang mengimbangi gerakan Bambang.
“Enak sekali, sayangghh…” desah Bambang.
Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersetubuh kami lakukan, Bambang hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kontol Bambang semakin cepat keluar masuk memek Aku. Ketika puncaknya, Bambang segera mencabut kontolnya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Aku yang sudah terbiasa, langsung mengerti. Kontol Bambang yang masih basah oleh cairan memeknya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Bambang terpejam sambil memegang kepala Aku dan mendesakkan kontolnya agak dalam ke mulut Aku. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Bambang tumpah di dalam mulut Aku yang terus menghisap kontolnya.
“Wohh.. Enak sekali, sayang,” ujar Bambang dengan nafas berat.
Aku tersenyum sambil menjilati batang dan kepala kontol Bambang dari sisa air maninya yang masih menempel. Lalu kami berciuman..
“Cepat pulang ah…” kata Aku setelah kami selesai berpakaian dan merapikan diri.
“Ya sayang…” kata Bambang sambil menggandeng Aku keluar kamar.
Sesampai di rumah, Bambang segera pulang setelah berpamitan kepada Papa dan mama ku
“Lama amat sih, Fen?” tanya mamanya.
“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan,” kata Aku ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian.
Malam harinya, ketika kami sedang nonton TV, Papa dan Mama Aku segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur.
“Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala,” kata mamanya kepada Aku.
“Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya,” kata Aku sambil matanya terus melihat TV.
Lalu kami segera masuk kamar. Setelah beberapa menit, telinga Aku menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Aku sudah mengerti apa yang sedang terjadi di kamar orang tuaku. Aku bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Aku ingin mengintip kami. Segera Aku bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci. Walaupun tidak terlalu jelas tapi Aku dapat melihat Papa Mamanya sedang bersetubuh.

Darah Aku berdesir karenanya. Ketika mata Aku melihat buah zakar dan kontol papaku yang keluar masuk memek Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kontol papaku ketika kami telah selesai bersetubuh, papaku bangkit dan mengelap kontolnya yang basah. Tampak jelas di mata Aku betapa kontol papaku lebih besar dari kontol Bambang. Aku segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk kamarnya. Di atas ranjang, Aku tidak bisa memejamkan matanya. Terbayang terus persetubuhan Papa Mamanya tadi, terlebih ketika terbayang kontol Papaku yang besar.. Perasaan Aku jadi gelisah.

 Sejak saat itu Aku secara sadar atau tidak selalu memperhatikan gerak gerik Papaku. Apalagi bila Papaku hanya memakai kolor saja. Mata Aku selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Papaku. Papa Aku waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.
Suatu malam..
“Pijitin pundak Papa, Fen.. Pegal amat,” kata Papa Aku waktu kami nonton TV.
“Kalau begitu Papa duduk di bawah biar Aku gampang mijitnya,” kata Aku.
Papaku segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Aku segera memijit pundak Papaku sambil nonton TV.

“Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, Pa…” kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya.
“Aku sayang Papa,” bisik Aku sambil merangkulkan tangannya ke leher Papaku.
“Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini,” kata Papaku sambil tersenyum dan menoleh ke Aku.
“Mm.. Aku tidak minta apa-apa kok, Pa…” bisik Aku lagi manja.
“Aku hanya mau bilang kalau Aku sayang Papa,” kata Aku sambil mencium pipi Papaku.
Papaku diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan Aku yang sedang memeluk dirinya dari belakang.

“Tumben kamu manja begini,” kata Papaku sambil menoleh dan menatap Aku lama.
Aku tersenyum lalu mencium pipi Papaku lagi berkali-kali. Darah Aku mulai berdesir.
“Ada apa sih, Fen?” kata Papaku lagi sambil tersenyum.
Ucapan Papaku tidak bisa terus ketika bibir mungil Aku mengecup bibirnya.
“Aku sangat sayang Papa,” bisik Aku lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Papaku.
Papa Aku pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Aku bisa menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Aku dengan hangat pula.
“Mm…” suara Aku terdengar pelan.
Papa Aku bangkit lalu duduk berhadapan dengan Aku. Kembali dilumat bibir Aku dengan agak panas. Akupun membalasnya dengan agak panas pula. Tangan Aku bergerak ke arah selangkangan Papaku. Sambil tetap berciuman aku remas pelan kontol Papaku. Terasa kontol Papaku mulai bergerak tegak dan tegang..

“Aku sayang Papa,” kembali Aku berbisik.
“Papa juga sama…” kata Papaku dengan nafas memburu.
“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu,” kata Aku sambil bangkit dan menarik tangan Papaku ke kamar belakang.
Papaku menurut mengikuti Aku. Aku langsung memeluk dan melumat bibir Papaku dengan liar, Papakupun membalasnya semakin panas. Tangan Aku mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Papaku, lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan.
“Mmhh…” suara Papaku tertahan karena masih berciuman.
Aku kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan tubuhnya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Papaku sampai lutut hingga kontol besarnya yang tegak tampak di depan wajahnya. Aku mengocok pelan kontol Papaku lalu segera mengulumnya. Papaku terpejam sambil memegang kepala Aku.

“Ohh…” desah Papaku.
Dimaju mundurkan kontolnya di dalam mulut Aku. Setelah beberapa lama, tubuh Papaku bergetar lalu… Crott! Crott! Crott! Air mani Papaku muncrat di dalam mulut Aku. Aku dengan tenang menelannya habis. Aku lalu berdiri sambil tersenyum.
“Aku pengen, Pa..” pinta Aku berbisik.
“Tidak bisa sekarang sayang,” kata Papaku sambil membetulkan celananya.
“Kapan, Pa?” kata Aku sambil memeluk dan mengecup bibir Papaku.
“Kamu pulang kuliah jam berapa?” tanya Papaku.
“Jam 11, Pa…”
“Kalau begitu Papa jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat…” kata Papaku sambil tersenyum.
“Iya, Pa…” kata Aku sambil tersenyum pula.
“Kasih tahu pacar kamu untuk tidak jemput, ya?” kata Papaku. Aku mengangguk.
“Sekarang tidurlah,” kata Papaku sambil mencium bibir Aku mesra.
Besok harinya sesuai dengan rencana, Aku dijemput di kampus.
“Mau makan siang dimana?” tanya Papaku.
“Tidak usah makan siang, Pa…” kata Aku manja.
“Langsung saja…” kata Aku tersenyum.
Papa Akupun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, kami langsung berciuman. Aku menatap mata Papaku lalu melepas kancing kemeja Papaku satu demi satu.
“Biar Papa buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit sayang. Papa harus segera ke kantor lagi,” kata Papaku sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.
Aku juga sama. Tubuh Aku telentang di atas ranjang. Papaku segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas buah dada Aku. Aku terpejam menikmati belaian Papaku itu. Sementara tangannya dengan segera meraih kontol Papaku yang sudah tegang besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Papaku mulai turun ke memek Aku. Diusap dan di gosoknya memek Aku dengan mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan kelentit dan lubang memeknya bergantian. Aku terpejam sambil menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kontol Papaku.

“Cepat masukkan, Pa…” pinta Aku.
Papaku tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki tubuh anaknya. Disentuhkan kontolnya ke memek ke belahan memek Aku. Aku menatap mata Papaku sambil tangannya segera meraih kontol dan mengarahkan ke lubang memeku. Dengan sedikit desakan, kontol Papaku perlahan masuk ke memek Aku. Aku terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yang sangat disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi. 
“Ada apa sayang?” tanya Papaku sambil terus memompa kontolnya.
“Aku sangat bahagia bisa bersama Papa saat ini,” kata Aku sambil memeluk erat Papaku.
“Aku sangat sayang Papa,” bisik Aku.
“Papa juga sangat sayang kamu,” kata Papaku.

Aku tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Papaku. Kenikamatan dan sensasi yang sangat luar biasa dirasakan oleh Aku saat itu. Siang itu Aku dan Papaku dengan liar bersetubuh bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kontol Papaku berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kontol dari memek Aku lalu digesek-gesekan ke belahan memeknya. Tapi Aku dengan segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kontol Papaku sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Papaku menyembur banyak di dalam mulut Aku. Aku menelannya dengan tenang lalu tersenyum. Papaku lalu mencium bibir Aku.
“Kamu hebat sayang…” bisik Papaku.
“Lebih hebat dari Mama kamu,” kata Papaku lagi.
“Aku sayang Papa…” bisik Aku sambil tersenyum.

TAMAT